Dalam sebuah desa yang tenang, terletak sebuah keajaiban arsitektur yang memukau, memadukan tradisi dan alam dalam sebuah epos sejati. Rumah kayu di Kampung Damai Sakura.
Saat memasuki Kampung Sakura desa Sidomulyo, mata kita disambut oleh keindahan pohon Sakura yang mekar di musim semi. Pepohonan rindang ini memberikan perlindungan dan kelembutan seolah-olah melukiskan pelukan hangat alam kepada setiap warga desa. Di antara pohon-pohon tersebut, terlihat menjulang tinggi dan anggun, adalah rumah kayu yang menciptakan bayangan indah di bawah sinar matahari senja, memikat hati para pengunjung dengan pesona Kampung Sakura di RT.05 RW 11 Desa Sidomulyo. Di balik keunikannya, terdapat kisah menarik yang melibatkan seniman lukis asal Landungsari Malang, Anang Wahyudi.
Rumah kayu Anang Wahyudi adalah sebuah karya seni arsitektur yang tidak hanya menciptakan ruang tinggal, tetapi juga menjadi perwujudan cinta dan penghargaan terhadap keindahan tradisi Jepang. Rumah ini bukan sekadar struktur fisik, melainkan sebuah persembahan yang membawa kita dalam perjalanan melintasi waktu dan budaya.
Salah satu ciri khas yang menonjol dari rumah ini adalah atmosfer rumah tradisional Jepang yang dihadirkan dengan begitu rinci. Setiap detail, dari tata letak ruangan hingga pemilihan material kayu yang dipadu dengan cermat, menghadirkan nuansa yang kental dengan kehangatan dan ketenangan ala Jepang. Anang Wahyudi tidak sekadar merancang rumah, melainkan menciptakan sebuah panggung di mana tradisi Jepang dapat terus hidup.
Bonsai Cemara khas Jepang yang ditempatkan dengan apik di sekitar rumah menjadi poin utama dalam menggarap keaslian budaya Jepang. Kolam ikan Koi yang mempercantik halaman rumah menambah daya tarik visual dan spiritual. Koi, ikan yang dianggap sebagai simbol keberuntungan dan keberlanjutan hidup dalam budaya Jepang, menjadi elemen penting yang menghidupkan sekaligus memperdalam keakraban rumah ini dengan atmosfer Jepang. Kolam ini menciptakan harmoni antara air, udara, dan kayu, menciptakan ruang yang tenang dan menginspirasi.
Rumah kayu Anang Wahyudi adalah bukti nyata bahwa arsitektur dapat menjadi jembatan budaya. Melalui setiap desain dan elemen yang disematkan, Anang berhasil membawa sepotong Jepang ke dalam keseharian. Rumah ini bukan hanya menjadi tempat tinggal, melainkan sebuah pernyataan seni yang memelihara kekayaan warisan budaya.
Anang Wahyudi, dengan keterampilan seni lukisnya, merancang rumah kayu dengan model asli Jepang secara teliti. Dengan luas 300 m2 dan biaya pembangunan mencapai Rp.400 Juta, Anang membuktikan bahwa rumah kayu bukan hanya sebuah bangunan fisik, tetapi karya seni yang mencerminkan keindahan arsitektur khas Jepang.
Semua kayu yang digunakan berasal dari Perhutani dan kampung sekitar. Gambar dan ide adalah murni karya sendiri. Hal itu menunjukkan dedikasinya dalam menciptakan karya tersebut.
Kampung Sakura menawarkan tiga spot foto, di mana spot 1 dan 3 disediakan oleh warga dengan penyewaan pakaian ala Jepang. Rumah kayu Anang, sebagai spot 2, tidak memungut biaya dan tidak menyediakan penyewaan baju sebagai bentuk dukungan tanpa mencari keuntungan pribadi.
Rumah ini bukan hanya merupakan tempat berlindung, tetapi juga sebuah manifestasi cinta dan penghargaan terhadap nilai-nilai yang telah membentuk dan mengakar dalam budaya. Sebuah karya seni yang tak hanya terlihat, tetapi dirasakan dalam setiap detak jantung rumah kayu Anang Wahyudi. Rumah kayu pelengkap destinasi Kampung Sakura Batu. ( Eno ).