Batu malangupdatenews99- Pengajian Umum dalam peringatan Haul ke-5 ibu Lilik Setyowati Binti Imam Nawawi yang di selenggarakan Yayasan Gajah Purwo Nusantara menampilkan 3 pembicara handal yakni Kyai Azis Mambe Gresik, Gus Gendheng asal Kabupaten Kediri dan Gus Eeng Pranti Sidoarjo membuat ratusan Jamaah yang memenuhi halaman kediaman Mbah Husien takjub, berlangsung Jum’at malam ( 24/11/2023 ).
Dengan diiringi musik Gembung Shalawat Jowo asal dusun Mberu Gunungsari Kecamatan Bumiaji meramaikan suasana malam penuh berkah dan hikmat.
Kyai Azis Mambe dari Gresik mengawali ceramah dalam haul ke 5 ibu Lilik Setyowati .
Kyai yang dikenal sebagai sosok mendalami dzikir sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah mengungkapkan dzikir menguatkan seorang muslim dalam ibadah, hati akan terasa tenang dan mudah mendapatkan pertolongan Allah.
Kyai Azis Mambe menekankan pentingnya mengisi dada dengan dzikir, yakin bahwa kehidupan akan menjadi mulia melalui pengingatan kepada Allah.
” Manfaat lainnya dari berdzikir adalah dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengingat serta mendekatkan diri kepada Allah SWT ” tandas Kyai Azis Mambe.
Disebutkan, meskipun dzikir seringkali dilakukan secara lisan, Kyai Azis Mambe menunjukkan inti dari dzikir adalah menyadari kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
” dzikir bukan sekadar kata-kata yang diucapkan, tetapi sebuah perenungan batin yang membawa kehidupan menuju kedermawanan dan keberkahan ” ungkapnya.
Kyai Azis Mambe menjelaskan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berzikir, bukan hanya melalui shalawat, melainkan juga dengan mengingat dan merenungkan kebesaran-Nya.
“dzikir menjadi jalan menuju pemurnian jiwa dan peningkatan spiritualitas, menjadikan kehidupan lebih bermakna dan mulia ” lanjutnya.
Pesan Kyai Azis Mambe bagi ratusan jamaah yang hadir dalam haul ke-5 Lilik Setyowati agar dzikir tidak hanya menjadi rutinitas lisan, tetapi lebih dalam menjadi pengalaman rohaniah yang menghubungkan hati dengan Allah.
Melalui dzikir yang penuh makna, Kyai Azis Mambe meyakini bahwa setiap individu dapat mencapai kehidupan yang berarti dan penuh berkah.
Sementara penceramah unik ki Gendheng, seorang tokoh legendaris asal Kabupaten Kediri, menjadi sosok yang merangkum kebijaksanaan dalam perspektif kehidupan dan kematian. Pandangannya tentang kematian sebagai perpindahan dari dunia menuju akhirat mengajarkan bahwa hidup ini hanya sementara, sedangkan kehidupan sejati terletak di alam akhirat.
Dalam pemahaman Ki Gendheng, manusia sejatinya bukanlah penduduk dunia ini;
” kita adalah penghuni sementara yang menuju perjalanan abadi ” ungkap Ki Gendheng.
Konsep ini mengajarkan nilai-nilai ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan.
Dengan memahami bahwa tujuan akhir hidup adalah di alam akhirat, Ki Gendheng mendorong manusia untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh makna dan kebaikan.
Begitu pula, pandangan Ki Gendheng terhadap kematian membawa pemahaman bahwa meninggalkan dunia ini sebenarnya adalah awal dari perjalanan spiritual yang lebih besar.
Dia mengajarkan setiap langkah dalam hidup ini, termasuk kematian, adalah bagian dari rencana Ilahi yang lebih besar.
” Oleh karena itu, kita seharusnya tidak takut akan kematian, melainkan menjalaninya dengan ketenangan dan penerimaan ” tandasnya.
Dalam konteks warisan pemikiran Ki Gendheng menjadi bagian integral dari budaya dan kearifan lokal. Pesan-pesan kearifan hidupnya mengajak masyarakat untuk menghargai setiap momen dalam kehidupan, sambil tetap mempersiapkan diri untuk perjalanan ke alam akhirat.
Ajaran Ki Gendheng tentang kematian dan kehidupan mengajarkan untuk menjalani hidup ini dengan bijaksana, penuh cinta kasih, dan persiapan spiritual.
Dengan merangkum kearifan lokal , Ki Gendheng menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya untuk menjalani kehidupan dengan nilai-nilai yang mengangkat martabat dan kedamaian batin.
Ceramah ki Gedheng diselengi dengan candaan dan sangat komunikatif dengan jamaah, terkesan tidak menoton melainkan hidup sehingga suasana cair dan tidak mengantuk kendati suasana sudah larut.
Penutup peringatan haul ke-5 Ibu Lilik Setyowati hadirnya Gus Eeng Pranti Asal Sidoarjo yang mengungkapkan Keseimbangan Hidup, Menyelami Batin dan Fisik.
Disebutkan, hidup adalah perjalanan yang penuh warna, di mana kita sering kali terjebak dalam membesarkan bayangan diri dan fokus pada keindahan fisik.
” Namun, kehidupan sejati terletak pada keseimbangan antara dimensi batin dan fisik. Dalam perjalanan ini, napsu kita harus diajak berdzikir kepada Tuhan dan mengingat ajaran mulia Nabi Muhammad” ungkap Gus Eeng.
Dalam menjalani kehidupan, seringkali terbawa oleh impian dan bayangan tentang masa depan yang cemerlang. Namun, esensi sejati hidup bukanlah sekadar membesarkan bayangan, melainkan menjalani keseimbangan antara ekspektasi dan realitas.
” Kita perlu mengenali bahwa hidup ini adalah perjalanan yang tidak selalu lurus dan penuh kejutan.
Di sisi lain, terlalu membesarkan raga dapat membuat kita terjebak dalam dunia materialisme ” lanjutnya.
Keindahan fisik seringkali dianggap sebagai tujuan utama, tanpa memperhatikan kekayaan batin yang lebih abadi. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya membesarkan tubuh, tetapi juga menyelami kedalaman jiwa dan spiritualitas.
Napsu, sebagai energi dalam diri, harus diarahkan kepada sesuatu yang lebih tinggi dan bermakna. Dzikir kepada Tuhan adalah cara untuk mengendalikan napsu dan mengarahkannya kepada kebaikan.
” Dengan mengingat Allah dan mengikuti ajaran-Nya, kita dapat menemukan ketenangan dalam setiap langkah hidup ” tambahnya.
Tidak lupa, ajaran mulia Nabi Muhammad memberikan petunjuk tentang bagaimana menjalani kehidupan yang seimbang.
” Kanjeng Nabi menjadi teladan dalam kesederhanaan, kejujuran, dan kasih sayang. Mengambil contoh dari kehidupan Nabi dapat menjadi panduan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat ” pungkasnya.
Diungkapkan, hidup sejati adalah perpaduan antara membesarkan bayangan diri tanpa terlalu terpaku padanya dan menjaga fisik tanpa terperangkap dalam kenikmatan dunia semata.
Dengan mengajak napsu berdzikir kepada Tuhan dan mengikuti teladan Nabi Muhammad, dapat menemukan keseimbangan yang membawa kebahagiaan sejati.
Haul ke -5 Bu Lilik Setyowati Binti Imam Nawawi ditandai dengan penyerahan akta pendirian Yayasan Gajah Purwo Nusantara dari Lora Muchlis kepada sekretaris Trikorniawati ST. Gajah Purwo Nusantara serta diakhiri doa penutup Lora Muchlis Pamekasan. ( Eno ).