malangupdatenews99.com – Malang, Kicauan burung terdengar merdu, masih terlalu pagi untuk bertamu dan datang di lokasi gelaran Festival Budaya di Kampoeng Cempluk. Sayangnya awak media tak bertemu dengan orang yang dicari. Mas Prio, dia juga aktif dalam membangun Kampoeng Cempluk ini. Mungkin karena sibuk.
Awak media berjalan pelan, menuju di mana festival itu akan digelar. Dan pandangannya tertuju mahasiswa asing yang dikira adalah pelancong dalam acara pembukaan Festival Kampung Cempluk ke-12, ternyata mereka juga ikut meramaikan acara festival tersebut.
Dan festival ini bertemakan, ‘Urip Iku Urup’, yang bermakna hidup itu harus memberikan manfaat bagi diri sendiri serta orang lain dan lingkungannya. Minggu, (18/9/2022)
Dari jauh, nampak diantara para peserta pawai budaya, beberapa mahasiswa asing turut berpartisipasi larut ikut aktif dalam gelaran budaya lokal untuk memeriahkan agenda tahunan Kampoeng Cempluk.
Kampoeng Cempluk adalah ikon kampoeng di Jalan Dieng Atas Sumberejo, Kalisongo Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Sanusi, Bupati Malang menunjukkan apresiasinya terhadap gelaran Festival Kampung Cempluk ke-12 itu, berarti sudah 12 tahun festival budaya digelar di Kampoeng Cempluk.
Sanusi Menilai bahwa, festival ini merupakan kearifan lokal yang patut dilestarikan. Budaya bangsa ini tidak boleh tergerus oleh budaya bangsa lain. Karena budaya menunjukkan bangsa.
“Dan untuk pengembangan wisata harus ada sentuhan teknologi. Bagaimanapun juga, hal seperti ini dapat dikemas lebih baik, dan Kampung Cempluk dapat menjadi binaan Universitas Brawijaya,” sarannya.
Dia sampaikan bersamaan Rektor UB, Prof. Widodo turut mendampingi kehadiran Sanusi selaku Bupati Malang hadir ditengah-tengah masyarakatnya yang sedang menggelar festival budaya Kampoeng Cempluk.
Universitas Brawijaya Malang ikut berkepentingan untuk mengangkat dan mempertahankan budaya lokal dan bagaimanapun juga menjadi bagian penting untuk dipromosikan ke luar negeri dengan menghadirkan para mahasiswanya yang berasal dari beberapa negara lain.
“Saya melihat festival ini sebagai kegiatan positif dari warga untuk menghidupkan budaya setempat. Dan budaya setempat adalah modal besar, jika kita mau berkompetisi di level global,” ucap Rektor Universitas Brawijaya Kota Malang, Profesor Widodo.
Moreover, Hanafi, Ketua Karang Taruna Kampung Cempluk, menyampaikan bahwa Festival Kampung Cempluk merupakan sarana bagi masyarakat untuk menampilkan kreativitas serta merespons nilai-nilai kebudayaan menurut versi warga setempat.
Lebih lanjut, selain berupaya untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, Hanafi mengaku bahwa pihaknya tetap mengikuti perkembangan zaman melalui digitalisasi.
“Saat Covid-19 merajalela di sekitar kita, festival budaya Kampoeng Cempluk tetap digelar secara virtual.” terang Hanafi.
“So, jelas bahwa kita juga masuk dalam dunia digitalisasi seperti yang diharapkan oleh Pak Bupati dan Pak Rektor UB,” ungkapnya.
Whatever atraksi-atraksi itu yang ditampilkan dalam Festival Kampung Cempluk kali ini adalah bahwa tidak hanya membranding kampungnya sebagai kampung wisata but also memberikan nilai-nilai luhur tentang pendidikan yang berbasis kehidupan kampoeng.
Hanafi menganggap Kampung Cempluk sebagai sebuah sekolah yang bersentuhan langsung dengan alam, “Secara alami, kita hidup bersama warga yang dapat merespon dan memberikan nilai-nilai luhur melalui Festival Kampoeng Cempluk ini,” pungkasnya. (k.red)