Pj.Walikota Batu Berencana Membawa Kembali Prasasti Sangguran Dari Skotlandia Ke Batu

Pj.Walikota Batu Berencana Membawa Kembali Prasasti Sangguran Dari Skotlandia Ke Batu

 

Batu malangupdatenews99 – Kabar menggembirakan disampaikan PJ.Walikota Batu Aries Agung Paewai yang kini berada di Negara Skotlandia dalam kegiatan kedinasan dan menyempatkan mengunjungi Minto Estate merupakan lokasi the Minto Stone, bersama mahasiswa Indonesia di London yakni Ghassan dan Munawir (Mahasiswa Indonesia di Edinburgh) Senin, (28/8/2023).

Dalam keterangan tertulisnya Aries menyebutkan, disela-sela kegiatannya menyempatkan mengunjungi Minto Estate yang merupakan lokasi the Minto Stone dimana didalamnya ada peninggalan Prasasti Sangguran.

” Prasasti Sangguran, artefak penting peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, telah ditemukan di daerah Malang, tepatnya di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Namun, yang menjadi perhatian adalah bahwa prasasti tersebut saat ini berada di negara yang jauh dari Indonesia, yaitu Skotlandia ” ungkap Aries.

Prasasti bersejarah ini mengukuhkan sejarah kerajaan yang pernah berjaya di wilayah Nusantara pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Penemuan ini menjadi bukti tak terbantahkan akan pengaruh dan jangkauan Kerajaan Mataram Kuno dalam hal perdagangan dan diplomasi.

Prasasti Sangguran telah melalui perjalanan panjang sebelum akhirnya tiba di Skotlandia, mengundang rasa ingin tahu akan kisah perantauannya selama berabad-abad.

Prasasti Sangguran, yang saat ini berada di wilayah Roxburgshire, Skotlandia, awalnya dibawa oleh Kolonel Colin Mackenzie dan diserahkan kepada Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu.

Pada tahun 1812, Raffles memberikan hadiah Prasasti Sangguran kepada Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris di India. Sejak saat itu, prasasti tersebut dikenal dengan sebutan “Minto Stone”.

Aries mengatakan kunjungan ke lokasi Prasasti Sangguran tersebut atas perintah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dalam rangkaian kegiatan di United Kingdom atau Inggris Raya.

Tujuan kunjungan ke lokasi Prasasti Sangguran ini adalah untuk menguatkan hubungan budaya serta mempererat kerja sama antara Indonesia dan Inggris dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

“Alhamdulillah, saya diperintahkan ibu Gubernur untuk melihat secara langsung Prasasti Sangguran yang dulu pernah di Malang tepatnya di wilayah Kota Batu. Benda bersejarah ini dulu dibawa oleh Jenderal Raffles ke Inggris,” kata Aries.

Dalam mencari lokasi Minto Stone tersebut, Aries dibantu the Earl of Minto atau yang mempunyai nama asli Gilbert Timothy George Lariston Elliot-Murray-Kynynmound.

Untuk menuju Eidenburg, Aries membutuhkan waktu 5 jam perjalanan dari London, ditambah 3 jam lagi untuk sampai ke lokasi tepatnya prasasti, karena sudah dipindahkan dari tempat semula di rumah tua ke halaman perkebunan Minto.

Kesan Aries Agung Paewai saat pertama kali melihat batu tersebut berdiri dengan gagah menghadap perbukitan perbatasan antara Skotlandia dan Inggris. Berdiri tegap persis seperti penampakannya di internet, dan kini ia bisa melihat secara langsung.

“Setelah berkeliling dalam waktu yang cukup lama, alhamdulillah kami terkesan dengan Minto Stone (Prasasti Sangguran). Perjalanan yang panjang namun membuahkan hasil. Kami juga bertemu keturunan Lord Minto yang sekarang menjadi Ministery of Regulation Reform di UK,” ujar Aries.

Berdasarkan cerita The Earl of Minto, prasasti tersebut terakhir dipindahkan sekitar 15 tahun yang lalu namun tetap berada di area Minto Estate dan dilengkapi dengan pondasi aluminium untuk memperkokoh singgasananya.

“Sesuai dengan catatan sejarah, Thomas Raffles mengirimkan the Minto Stone ke Lord Minto hingga kini berada di Skotlandia. Dan sang prasasti sudah lebih dari 1000 tahun sejak diukir di zaman Kerajaan Mataram. Dan 200 tahun berdiri di tanah Skotlandia,” jelas Aries.

Bahkan hingga saat ini menurut cerita Mr. Timothy masih banyak peneliti dalam bidang bahasa Jawa kuno, dan akademisi Indonesia yang mengunjungi Minto Stone.

“Beliau juga bercerita beberapa bulan lalu berkomunikasi dengan Duta Besar Indonesia. Saya juga mengundang the Earl of Minto untuk mampir di Kota Batu dan melihat lokasi ditemukannya Prasasti Sangguran pertama kali,” tambah Aries.

Aries menjelaskan kunjungan meninjau Prasasti Sangguran ini salah satunya untuk menjajaki kemungkinan dibawa kembali ke Indonesia bahkan hal tersebut sudah diinisiasi pada tahun 2004 namun hingga saat ini belum terwujud.

“Kunjungan ini membawa hasil baik, dimana kami diundang seminar untuk membahas soal Prasasti Sangguran pada 18 dan 19 September 2023 mendatang. Mudah-mudah ini menjadi langkah baik untuk kami bisa membawa kembali Prasasti Sangguran,” pungkas dia.

Aries menegaskan, The Earl of Minto menyambut baik kedatangannya untuk melihat Prasasti Sangguran sebagai bukti sejarah kerajaan di Indonesia yang ditemukan di wilayah Kota Batu (Kabupaten Malang pada saat itu).

Prasasti Sangguran berukuran tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter, tebal 32 centimeter, dengan berat sekitar 3,5 ton.

Pada bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris, dan pada bagian kiri terdapat 15 baris tulisan.

Dua baris pertama dari isi Prasasti Sangguran ditulis menggunakan bahasa Sanskerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.

“Semoga dengan kunjungan ini apa yang kita cita-citakan untuk membawa kembali Prasasti Sangguran yang sudah dimulai sejak lama akan membawa hasil yang baik kita doakan agar berjalan dengan lancar,” pungkas Aries.

Dikutip dari wikipedia, Prasasti Sangguran merupakan prasasti pada batu berangka tahun 850 Syaka (928 Masehi) yang ditemukan di daerah Batu, Malang, dan menyebut nama penguasa daerah pada masa itu, Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga (Dyah Wawa).

Penyelidikan arkeologi akhirnya mengetahui asal prasasti ini, yaitu di Ngandat, sekarang berada di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu; oleh sebab ini nama lain dari prasasti ini adalah prasasti Ngandat.

Penemuan Candi Pendem di Junrejo, Batu, pada tahun 2019 memunculkan spekulasi bahwa bangunan suci terkait dengan isi dari prasasti ini adalah candi tersebut.

Prasasti bertinggi 2 meter dengan bobot 3,8 ton ini dianggap penting karena menyebut raja Medang, yang berpusat di Jawa Tengah, sebagai penguasa daerah Malang, di Jawa Timur, meskipun angka tahunnya tidak bersepakat dengan prasasti lainnya.

Isinya dianggap dapat membantu memecahkan misteri pindahnya pusat kekuasaan dari Jawa Tengah ke wilayah timur Pulau Jawa.

Prasasti ini menyebut Mpu Sindok sebagai “mapatih” bukan sebagai “maharaja”. Setahun kemudian nampaknya terjadi peralihan kekuasaan, karena prasasti Gemekan (930 Masehi) sudah menyebut Mpu Sindok sebagai penguasa wilayah.

Setelah berpuluh-puluh tahun berada di tangan pewaris keluarga Lord Minto di Roxburghshire, Skotlandia, benda bersejarah ini akan dikembalikan ke Indonesia dan disimpan di Museum Nasional.

Proses negosiasi pemindahan ini telah dilakukan Pemerintah Indonesia sejak 2004, namun belum terwujud. Kali ini Pemkot Batu melalui PJ. Walikota Batu berencana untuk mengembalikan ke tempat asalnya.

” Semoga ikhtiar dan niat baik ini dilancar Alloh dan mohon doanya ” pungkas Aries Agung Paewai. ( Eno )