Magelang -malangupdatenews99- Komunitas Brayat Panangkaran Magelang menyelenggarakan Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke-21. Pembukaan RRB dilaksanakan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/1/2023).
Ruwat Rawat Borobudur diikuti oleh seniman, budayawan dan pemerhati lingkungan sebagai bentuk kepedulian dalam merawat dan melestarikan mahakarya Borobudur melalui adat istiadat, seni budaya dan aksi peduli lingkungan.
Acara diawali dengan Kirab Budaya yang diikuti ratusan seniman dari pintu masuk candi di sisi timur, kemudian naik ke halaman candi dan berkumpul di halaman sisi barat Candi Borobudur. Dalam kirab juga diarak gunungan sayur hasil pertanian sebagai ungkapan rasa syukur yang akan dibagikan kepada masyarakat di sekitar Borobudur.
Dalam prosesi arak-arakan dengan membawa gunungan hasil bumi mengelilingi Candi Borobudur itu, sebagian peserta mengenakan pakaian adat dan kostum kesenian tradisional. Setelah berarak mengelilingi candi, mereka mengadakan kenduri di kompleks Kenari Candi Borobudur.
Ruwat Rawat Borobudur (RRB) merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan di Magelang yang bertujuan melestarikan Candi Borobudur.
Penanggung Jawab RRB, Ki Sucoro,mengatakan RRB tahun 2023 merupakan hal yang istimewa mengingat ada hal yang luar biasa selain memperingati RRB ke 21 juga mengenang peristiwa pengeboman Candi Borobudur tanggal 21 Januari 1985.
” Jadi peringatan Ruwat Rawat Borobudur ( RRB ) ke 21 tahun 2023 sangat istimewa. Selain memperingati acara tahun RRB ke 21 juga untuk mengenang peristiwa pengeboman Candi Borobudur 21 Januari 1985. Sehingga kita benar- benar melakukan ritual untuk keselamatan ummat dan pelestatian Candi dari pihak yang tidak bertanggung jawab” Ungkap Ki Sucoro di kediamannya sebelum prosesi.
Dalam Catatan Sejarah, peristiwa pengeboman Candi Borobudur terjadi pada 21 Januari 1985 sekitar pukul 01.30 WIB dini hari. Ada rentetan ledakan merusak dua patung Budha dan sembilan stupa di sisi timur pada bagian Arupadhatu Candi Borobudur.
Sembilan stupa pada candi rusak peninggalan Dinasti Syailendra tersebut. Otak peristiwa pengeboman ini disebut sebagai “Ibrahim” alias Mohammad Jawad alias “Kresna” yang oleh kepolisian penyidik peristiwa pengeboman ini disebut sebagai dalang pengeboman.
” Alhamdulillah, Brayat Panangkaran tetap eksis, tetap bisa mempersembahkan (RRB). Kita tetap bisa menjelaskan pada dunia bahwa itulah peran masyarakat untuk ambil bagian dalam upaya pelestarian sekaligus memanfaatkan Borobudur,” lanjut Ki Sucoro
Ki Sucoro menyebutkan tujuan utama RRB untuk meyakinkan pemerintah akan pentingnya melestarikan Candi Borobudur sebagai warisan leluhur untuk persembahan suci.
“Karena warisan budaya itu sebetulnya adalah warisan leluhur yang tujuannya untuk persembahan suci, bukan untuk pariwisata. Setelah perjalanan panjang, kemudian pemerintah menggunakan warisan budaya sebagai aset pariwisata. Nah, itu sebuah kontradiksi yang harus dipikirkan sangat panjang,” kata Sucoro.
Dia menambahkan, Candi Borobudur menyimpan banyak pesan sekaligus sumber-sumber pengetahuan tentang kehidupan.
“Jadi, menjual pariwisatanya tentu juga harus mempertimbangkan basic yang ada, di situ ada pengetahuan tentang kehidupan,” kata Sucoro.
Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke 21 tahun 2023 dihadiri juga aktivitas Hak Asasi Manusia ( HAM ) Nursyahbani Kantjasungkana dan Prof. Saskia dari German.
Sementara itu, Khairuddin Lubis ( Ucok ). praktisi Meditasi yang ikut hadir dalam RRB ke -21tahun 2023 mengapresiasi terhadap penyelenggataan KKB ini.
Menurut Ucok, RRB ini bisa menjadi pelopor pelestarian kebudayaan oleh masyarakat di mana saja.
” Saya Sungguh berharap agar Borobudur dengan segala aspeknya dijaga, dipelihara dan diawasi oleh Presiden Republik Indonesia ” tegas Ucok yang datang dari Jakarta untuk berdoa.
Bahkan Ucok yang peduli dengan Borobudur menuliskan do’a dalam puisinya :
Hari ini… tahun ke 21 ruwat rawat Borobudur mulai dilaksanakan.
Berkah konsistensi akan komitmen dengan berbagai konsekuensi yang menyulitkan.
Dan saat ini, telah dimulai tonggak baru pembalikan peradaban.
Tonggak yang akan memaksa kita untuk memilih:
Perbaikan bumi yang meluluh lantakkan; Gesekan membabi buta yang menghancurkan ; Atau eliminasi yang berdasar atas kesadaran.
Borobudur oh..Borobudur
Pohon Kunto Dewo di dipelataranmu mengingatkanku agar aku mendoakan jiwa-jiwa pemberi nama Tetumbuhan.
Menggiring aku untuk mendoakan jiwa-jiwa sang pemberi nama alam dan ini hewan.
Memang… tak cukup untuk kita menjadi mengerti ketika kita tak mampu membangun hubungan dengan diri, sesama, alam dan Tuhan.
Dan aku tersadarkan…bahwa, seluruh yang ada adalah satu.
Kita memang harus memberdayakan, bukan memperdayakan.
Menihilkan peran masyarakat sekitar bukan jalan keluar kemaslahatan.
Menggali esensi terdalamnya adalah bijak bagi peradaban ke depan.
Sungguh ruang-ruang pendidikan adalah jalan kecerdasan menuju damai, adil, makmur dan sejahtera dalam kebhinekaan.( Eno )