TPS3R “Sederhana” di Desa Tlekung, Kota Batu, Hadirkan Inovasi Penghargaan Bagi Petugas Pengelolah Sampah

 TPS3R “Sederhana” di Desa Tlekung, Kota Batu, Hadirkan Inovasi Penghargaan Bagi Petugas Pengelolah Sampah

Batu malangupdatenews99 – TPS3R  “Sederhana” di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, menjadi sorotan positif karena mampu memberikan penghargaan berupa honor kepada petugas pengelolah sampah yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Setiap bulannya, para petugas ini mendapatkan honor sebesar Rp.2 juta.

Dalam sebuah wawancara di lokasi TPS3R pada Rabu (20/12/2023), Sekretaris KSM, Eko Lutfi, menjelaskan nilai honor sebesar itu sebenarnya tidak mudah dicapai. Ia menyebutkan mencari tenaga untuk menjadi petugas pengelolah sampah di TPS3R bukanlah tugas yang ringan. Banyak warga yang enggan menerima pekerjaan tersebut karena dianggap berat, terutama dalam hal memilah sampah yang seringkali dihubungkan dengan bau yang tidak sedap.

“Nilai sebesar itu mencari tenaga sulit. Banyak warga yang tidak mau, karena pekerjaan pengolah, memilah sampah, dianggap berat karena bergelut dengan bau,” ungkap Eko Lutfi.

Meski demikian, TPS3R “Sederhana” tetap berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekaligus mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Terdapat sembilan anggota dalam KSM TPS3R “Sederhana,” dan yang menarik, dua di antaranya adalah perempuan.

“Ini adalah suatu langkah inovatif untuk meningkatkan peran perempuan dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Keterlibatan perempuan di sini membuktikan bahwa pekerjaan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab laki-laki saja,” tambah Eko Lutfi.

Pemberian honor bulanan sebesar Rp.2 juta ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi petugas pengelolah sampah untuk terus berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan. TPS3R “Sederhana” di Desa Tlekung menjadi contoh inspiratif bahwa pengelolaan sampah yang baik tidak hanya membawa dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja yang layak dan memberdayakan masyarakat setempat.

TPS3R di Desa Tlekung, berdiri diatas lahan seluas 1000 m2 yang merupakan milik kas desa, memiliki peran strategis dalam pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Setiap harinya, TPS3R ini berhasil menampung produksi sampah sebanyak 3 mobil Colt pick up dari warga yang berasal dari 4 dusun, yaitu Dusun Gangsiran Ledok, Gangsiran Putuk, Krajan Lor, dan Dusun Krajan Kidul.

Dengan jumlah kepala keluarga mencapai 1.500 KK, warga dari berbagai dusun secara aktif berpartisipasi dalam membuang sampah ke TPS3R ini. Kepala Desa Tlekung  Sumardi menyatakan partisipasi aktif warga menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan sampah di desa tersebut.

“Setiap harinya, TPS3R menerima kontribusi sampah dari warga sebanyak 3 mobil Colt Pick Up. Ini adalah bukti  masyarakat kita semakin sadar akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik,” ujar Kepala Desa Tlekung Sumardi.

Dalam rangka mendukung operasional TPS3R, setiap bulannya warga dari keempat dusun tersebut dikenakan iuran sampah sebesar Rp.15 ribu. Iuran ini tidak hanya berfungsi untuk menunjang pengelolaan sampah, namun juga menjadi salah satu langkah menuju masyarakat yang lebih sadar lingkungan.

“Melalui iuran sampah ini, kita dapat memastikan bahwa TPS3R dapat beroperasi dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi lingkungan. Selain itu, iuran ini juga sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan desa,” tambah Sumardi.

Pengelolaan sampah yang terintegrasi dari berbagai dusun ini menciptakan sinergi antara pemerintah desa dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Desa Tlekung berhasil memberikan contoh positif dalam penerapan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan, menjadikan TPS3R sebagai elemen penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pengelolah sampah di TPS3R “Sederhana” Desa Tlekung telah mencapai prestasi membanggakan dalam dua bulan terakhir. Ngateno, salah satu anggota KSM, mengungkapkan mereka berhasil membeli armada angkut sendiri, tidak lagi menggantungkan diri pada bantuan Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu. Keberhasilan ini memperbaiki efisiensi dan mengatasi keluhan terkait pengambilan sampah di wilayah tersebut.

“KSM kami telah mampu membeli armada angkut sendiri dalam waktu dua bulan terakhir. Kami tidak lagi bergantung pada bantuan Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu. Ini adalah langkah besar yang membawa perubahan positif dalam pengelolaan sampah di desa kami,” ungkap Ngateno

Armada angkut yang berhasil dibeli berupa Colt Pick Up, yang kini beroperasi mulai habis Subuh hingga jelang Magrib setiap harinya. Eko Lutfi, yang merupakan sopir sekaligus Sekretaris dan Bendahara KSM, menjelaskan  jumlah operasional armada dapat meningkat pada hari Senin dan Selasa karena hari Minggu merupakan hari libur, sehingga produksi sampah meningkat.

“Armada angkut kami beroperasi setiap hari, dengan puncak kegiatan pada Senin dan Selasa setelah libur Minggu. Kami bisa mencapai penggunaan 4 Colt Pick Up pada hari-hari tersebut,” jelas Eko Lutfi.

Proses pembelian armada angkut dilakukan dengan cara kredit selama 5 tahun, menunjukkan komitmen KSM dalam menciptakan keberlanjutan dalam pengelolaan sampah. Keberhasilan ini tidak hanya menghilangkan keluhan terkait pengambilan sampah, tetapi juga membuktikan bahwa dengan kerja keras dan kerjasama, masyarakat lokal dapat mandiri dalam mengelola limbah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

TPS3R “Sederhana” di Desa Tlekung memiliki peran yang sangat signifikan dalam pengolahan sampah di wilayah tersebut. Dengan luas lahan 1000 m2, TPS3R ini berhasil mengimplementasikan tiga fungsi kegiatan pengolahan sampah, yang melibatkan pemilahan sampah organik dan anorganik, pengolahan kompos, serta pemilahan dan pengolahan sampah anorganik dengan nilai ekonomi dan residu.

Sekretaris dan Sopir TPS3R, Eko, menjelaskan proses awal pengolahan sampah dimulai dengan pemilahan antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik dikumpulkan dan diolah sendiri untuk kemudian dijadikan kompos. Sementara itu, sampah anorganik dipilah kembali, dengan yang memiliki nilai ekonomi seperti botol plastik, kaca, atau tulang dipisahkan dan dijual, sedangkan yang tidak memiliki nilai ekonomi seperti pampers bayi masuk dalam kelompok sampah residu.

“Hal ini adalah bagian dari upaya kami untuk memaksimalkan pemanfaatan sampah dan mengurangi limbah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kami sangat peduli terhadap lingkungan dan mencoba untuk mencapai tingkat daur ulang yang tinggi,” papar Eko.

Menariknya, TPS3R “Sederhana” Desa Tlekung juga telah memiliki incenerator buatan KSM untuk membakar sampah residu. Namun, Eko mengungkapkan  saat ini, sampah residu sudah mulai diangkut ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) kota Batu di Tlekung untuk diolah menggunakan mesin incenerator yang lebih canggih.

“Incenerator buatan KSM sudah berjasa dalam mengatasi sampah residu, tetapi dengan adanya fasilitas yang lebih canggih di TPA Tlekung, kami dapat memperoleh hasil pengolahan yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” tambah Eko.

Inovasi dalam pengelolaan sampah di TPS3R “Sederhana” Desa Tlekung menjadi contoh inspiratif bagi wilayah lain, menunjukkan dengan pendekatan terintegrasi dan inisiatif masyarakat, pengolahan sampah dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi lingkungan.( Eno )