Batu malangupdatenews99 – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung telah mengalami perubahan signifikan menjadi Tempat Pemrosesan Akhir residu sampah.
Dengan kehadiran tiga mesin incinerator berkapasitas 6,3 Ton/jam/mesin, setiap sampah yang tiba dari TPS 3R desa langsung diolah, menghindarkan dari tumpukan sampah seperti masa lalu.
Proses ini tidak hanya efektif dalam mengelola sampah tetapi juga berkelanjutan. Sisa pembakaran diubah menjadi kompos, mendukung siklus alam yang berkelanjutan. TPA Tlekung bukan lagi tempat menggunungnya sampah, melainkan pusat pemrosesan yang ramah lingkungan.
Yang lebih menarik, sampah plastik diperlakukan secara inovatif. Melalui mesin khusus, plastik diubah menjadi lembaran papan setebal 6 cm dengan dimensi175 cm x 40 cm. Ini membuka peluang baru, seperti pembuatan paving blok, menciptakan nilai tambah dari limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna.
Dengan transformasi ini, TPA Tlekung tidak hanya menjadi contoh keberlanjutan dalam pengelolaan sampah, tetapi juga menunjukkan bahwa inovasi dapat mengubah limbah menjadi sumber daya berharga. Ke depannya, model ini dapat diadopsi wilayah lain yang memberikan kontribusi positif terhadap upaya global dalam mengatasi permasalahan sampah.
Sujarwo, seorang petugas pembakar sampah di TPA Tlekung, mengungkapkan kehadiran mesin baru membuat pekerjaannya semakin ringan. Dengan truk sampah masuk langsung dibongkar, semua sampah dimasukkan ke mesin, memastikan tidak ada sampah yang tersisa.
Jarwo menjelaskan terdapat tiga mesin, satu untuk membakar sampah lama di TPA, satu untuk bakar sampah residu TPS3R desa Tlekung, dan satu lagi untuk sampah residu TPS3R desa lainnya.
Menariknya, setiap kegiatan pembakaran di TPA Tlekung ada iringan musik, menciptakan suasana kerja terhibur dan mencegah kebosanan.
” kalau tidak ada iringan musik seperti ini, kita bosan Pak. Apalagi dilokasi ini hanya sampah yang kita jumpai dan bau. Alhamdulillah adanya iringan musik suasana jadi cair dan bisa joget sambil kerja ” jelas Jarwo, Kamis ( 11/1/2024).
Kabid Pengolahaan Sampah dan Limba B3, Vardian Budi Santoso menyebutkan jumlah tenaga di TPA 53 orang tersebar dibeberapa divisi antara lain divisi Magot, Lindi, Eco Enzym, Pemilah, Tehnisi dan operator Incenarator.
Dengan adanya mesin.incenerator, sudah tidak ada lagi sampah yang ditumpuk dan sampah sisa TPA lama karena setiap hari dibakar, makin lama makin habis maka tidak ada lagi cairan lindi.
” jika Sampah lama di TPA habis dibakar, maka bekas tumpukan akan dipergunakan sebagai taman ” lanjut Pepeng panggilan akrabnya.
Kabid Pepeng menyampaikan pihaknya telah mengambil langkah-langkah konkret dalam penataan tempat pemrosesan akhir sampah residu untuk mengoptimalkan kebersihan kota.
Ia mengungkapkan peningkatan pengelolaan limbah menekankan adopsi teknologi ramah lingkungan guna meminimalkan dampak lingkungan negatif.
Kabid Pengolahan Persampahan dan Limba B3 DLH Batu, menjelaskan kehadiran 3 incinerator di TPA Tlekung merupakan langkah prioritas dalam pengelolaan sampah.
Fokus utamanya mengolah sampah yang sudah ada, residu sampah zero waste, serta melakukan pengolahan khusus untuk warga Tlekung.
Dengan adanya mesin incinerator tersebut, diharapkan dapat menghindari penambahan volume sampah, mengurangi pencemaran air, dan menghilangkan masalah bau yang sering terkait dengan pembuangan sampah.
” TPA Tlekung bukanlah tempat pembuangan akhir, melainkan tempat pemrosesan residu sampah, sehingga dapat menghasilkan dampak positif bagi lingkungan Tlekung ” tandas Pepeng.
Pepeng memaparkan konsep Pemilahan sampah anorganik, terutama plastik, merupakan langkah awal menuju pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan.
Dalam konteks ini, penggunaan mesin lelet menjadi pilihan inovatif untuk mengubah limbah plastik menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Proses ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan negatif, tetapi juga memberikan nilai tambah dalam pembuatan papan, kursi taman, tempat bunga, batako, dan paving blok.
Dengan mesin lelet yang dirancang khusus, plastik dapat dilelehkan dan dicetak menjadi bentuk yang diinginkan. Misalnya, hasil pemilahan sampah plastik dapat diubah menjadi papan yang kokoh dan tahan lama, ideal untuk kursi taman atau tempat bunga.
” Penggunaan teknologi ini memberikan solusi berkelanjutan untuk mengurangi penggunaan bahan baku baru dalam pembuatan furnitur outdoor ” lanjutnya.
Selain itu, sisa pembakaran sampah residu dari Incenerator yang berupa serbuk halus dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Dengan proses pengomposan yang tepat, serbuk halus ini dapat menjadi pupuk organik yang kaya nutrisi.
Pemanfaatan limbah plastik dalam pembuatan kompos membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir dan sekaligus mendukung pertanian berkelanjutan.
Pendekatan ini tidak hanya mengubah sampah plastik menjadi produk yang bermanfaat, tetapi juga mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam.
Penggabungan mesin lelet, desain inovatif, dan pemahaman yang baik tentang siklus hidup sampah membuka pintu untuk praktik pengelolaan limbah yang lebih cerdas dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, hasil pemilahan sampah anorganik seperti plastik dapat menjadi langkah positif dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.( Eno )