MAULANA YUSUF: PENGHAKIMAN TERHADAP PERILAKU GEN-Z

MAULANA YUSUF: PENGHAKIMAN TERHADAP PERILAKU GEN-Z

OPINI:
PENGHAKIMAN TERHADAP PERILAKU GEN-Z
Oleh Maulana Yusuf

 

JAMBI | UPDATE NEWS99 || – Gen-Z adalah sebutan untuk generasi yang lahir antara tahun 1996 sampai awal tahun 2010. Gen-Z merupakan generasi termuda setelah generasi milenial dan sebelum generasi alpha.

Generasi ini banyak sekali mendapatkan sorotan dari generasi sebelumnya, generasi ini sering dikaitkan dengan karakteristik unik.

Dan yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya, termasuk keterampilan teknologi tinggi, kesadaran sosial, dan pendekatan yang berbeda terhadap pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Namun hal yang sama seperti generasi sebelumnya, perilaku gen-Z juga di pengaruhi bagaimana mereka tumbuh saat masih di usia muda.

Gen-Z sudah menghadapi berbagai fenomena seperti bayang-bayang kehancuran pada masa pandemi covid-19 dan ketidak stabilan ekonomi dampak perang Ukraina.

Gen-Z terdapat tiga golongan: Pertama, Gen-Z usia tua, mereka sudah memiliki pekerjaan. Kedua, Gen-Z usia muda, yang sekarang sedang menempuh dunia pendidikan atau baru mencari pekerjaan. Dan, yang ketiga adalah Gen-Z usia paling muda, yakni pra-remaja.

Setelah membahas apa dan siapa itu Gen-Z, penulis akan membahas karakteristik dari Gen-Z yang banyak menimbulkan stigma kurang elok di masyarakat.

Gen-Z di golongan tua biasanya berasal dari generasi milenial. Perilaku pertama, Gen-Z secara umum sangat aktif di dunia maya.

Mereka bisa menghabiskan waktu 6 jam atau lebih untuk bekerja, berkencan, berbelanja, berteman, belajar atau hanya untuk scrool sosial media yang bahkan tidak mempunyai kepentingan di dalamnya.

Semua itu dilakukan secara online, perilaku mereka ini bukan tanpa sebab, generasi pertama dari Gen-Z dikenal dengan digital native.

Namun perilaku ini kurang disukai oleh generasi sebelumnya yang menganggap Gen-Z benar-benar tidak punya kehidupan, atau istilah sekarang menyebutnya “no-life”.

Sebenarnya cukup masuk akal mengapa generasi sebelum Gen-z mengatakan itu, karena pada masa sebelum era internet, mereja benar-benar menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Jika ingin bekerja, mereka harus pergi kekantor menggunakan kendaran umum atau kendaraan pribadi, bukan hanya menghidupkan alat elektronik seperti handphone, laptop atau komputer dari rumah dan langsung bekerja dengan kata lain WFH (Work From Home).

Jika ingin berbelanja, mereka harus benar-benar pergi ke pasar atau toko dan melakukan transaksi langsung dengan penjual.

Sedangkan Gen-Z sekarang sudah di manjakan dengan online shop yang hanya dengan menggerakan jari.

Selanjutnya, mereka menunggu barang yang dipesan datang sendiri dan diantar kurir.

Perilaku atau karakteristik kedua yang banyak tidak disukai generasi sebelum Gen-Z adalah mereka yang memiliki banyak isu mental health.

Mental health yang dimaksud adalah anxiety atau kecemasan berlebihan, depresi, crisis identitas dan kecanduan sosial media.

Penyakit tersebut sebagaian besar disebabkan oleh sikap lingkungan keluarga dan sosial media.

Penulis meyakini bahwa Gen-Z tersebut benar-benar menikmati yang sedang trend dan viral di internet.

Gen-Z tidak mempunyai filter. Mereka melahap semua informasi tanpa mentaringnya.

Perilaku dan sifat mereka diatur oleh trending topik yang sedang terjadi tanpa memikirkan sebab akibatnya.

Mereka memilih pekerjaan mengutamakan kesehatan mental ketimbang gaji yang ditawarkan, generasi sebelum Gen-Z sangat tidak menyukai hal ini karena dianggap “lebay” karena terlalu mendramatisir keadaan.

Perilaku ketiga yang tidak disukai generasi sebelum Gen-Z adalah berkurangnya kepekaan terhadap lingkungan, dianggap sudah tidak terlalu peduli dengan status orang lain.

Gen-z tidak peduli dengan status orang lain karena mereka tidal memikirkan perasaan orang lain.

Tidak heran hal itu menyebabkan meningkatnya kasus kekerasan terhadap orang lain, baik itu kasus bullying, kasus pengrusakan fasilatas umum atau fandalisme.

Gen-Z dikenal sebagai generasi dengan penurunan akhlak secara drastis, jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Hal ini membuat kekawatiran akan masa depan bangsa indonesia karena Gen-Z terdapat populasi terbanyak di negeri ini.

Setelah membahas perilaku Gen-Z yang kurang disukai, selanjutnya kita akan membahas pengaruh gen-Z pada dunia internasional.

Pertama, Gen-Z sangat sangat peka terhadap isu rasis yang ada di dunia ini. Hal ini bisa dilihat banyaknya gerakan dari Gen-Z tentang seruan untuk menghentikan rasisme.

Kedua, gen-Z juga sangat menyoroti kerusakan dan perubahan iklim.

Perubahan iklim adalah salah satu isu yang paling dipedulikan oleh generasi gen-Z.

Mereka sering menyerukan kesadaran lingkungan dampak dari industrialisasi. Gen-z mengharapkan adanya komitmen keberlanjutan dari perusahaan dan negara-negara industri.

Gen-z juga lebih terbuka terhadap perbedaan mereka memiliki pandangan yang lebih inklusif terhadap identitas dan keberagaman.

Mereka lebih menerima perbedaan dalam hal ras dan gender. Hal ini tercermin dalam budaya populer, yang merepresentasikan keberagaman menjadi semakin populer.

Media sebagai hiburan yang mencerminkan nilai-nilai inklusif mendapat sambutan positif dari Ger-Z.

Mereka lebih sangat sangat terbuka dan dinamis, karena mereka suka dengan sesuatu yang open minded, dan diharapkan kedepannya gen-Z dapat meneruskan perilaku positif.

Lebih lanjut, bisa diharapkan mampu mengontrol dan memfiler informasi di dunia digital ini agar tidak menjadi seperti domba yang digiring untuk mencapai tujuan dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Perlu difahami bahwa suara gen-Z adalah tertinggi dengan populasi yang terus meningkat dan akan sangat berbahaya jika mereka hanya open minded namun tidak disertai ilmu yang cukup. ***)

 

Posted: malangupdatenews99.com.              Jambi, June 5, 2024

Artikel ini ditulis oleh Maulana Yusuf, Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Jambi, dengan judul, “Penghakiman Terhadap Perilaku Gen-Z”