KOTA BATU, UPDATE NEWS99, – Sirmadji Tjondro Pragolo memberikan materi penguatan ideologi dalam acara Kaderisasi Pendidikan Kader Pratama di Wisma Perjuangan Batu, dengan peserta seluruh Caleg jadi 2024 se-Jawa Timur yang belum pernah mengikuti Pendidikan Kader Pratama (PKP).
Bertepatan pada tanggal 27 Juli, yang selalu diperingati sebagai tragedi “Kudatuli” mengingat dan mengenang pemerintahan Orba berupaya menghalangi kepemimpinan Megawati dan titik awal lahirnya reformasi, Sabtu, (27/7/2024).
Sirmadji Condro Pragola yang akrab disapa ‘Kang Sir’, menyampaikan bahwa ke depan, PDI Perjuangan harus semakin kuat dan meluas basis massa rakyat pendukungnya, maka seluruh pengurus dan ķader utamanya yang bertugas dì pemerintahan dan legìslatif harus intens turun ke masyarakat, totalitas berjuang untuk dan bersama-sama masyarakat khususnya dengan wong cilik.
Dalam refleksi peristiwa Kudatuli, atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli 1996, menjadi salah satu momen penting dalam sejarah politik Indonesia yang menunjukkan bahwa kekuatan rakyat tidak bisa dimatikan oleh kekuasaan dan kekerasan.
Di hadapan puluhan caleg DPRD terpilih se-Jatim peserta Pendidikan Kader Partai (PKP) Pratama di Wisma Perjuangan, Kota Batu, politisi senior PDI Perjuangan, Sirmadji Tjondropragolo, mengungkapkan refleksi mengenai peristiwa yang telah mengubah lanskap politik Indonesia menuju era reformasi tersebut.
Menurutnya, Kudatuli adalah bukti bahwa ketika penguasa mencoba memaksakan kehendaknya untuk menghentikan pergerakan rakyat yang berangkat dari keprihatinan, yang terjadi adalah perlawanan yang semakin meluas.
Selanjutnya, Ia sampaikan Kudatuli adalah peristiwa yang membuktikan bahwa kekuatan rakyat itu tidak bisa dibendung apalagi dibunuh oleh kekuasaan, atau bahkan dikawal oleh kekuasaan sedahsyat apapun.
Ia tegaskan, ketika rakyat merasa penguasa berbuat zalim, pergerakan justru semakin meluas.
Saat itu, PDI yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri tidak surut, melainkan semakin besar dan meluas.
“Kejadian ini awal mengarah pada reformasi, yang menjadi satu-satunya jalan untuk menghentikan kekuasaan diktator. Demokrasi pun lahir, dan Soeharto jatuh, membuka kran demokrasi,” terangnya.
Menurutnya, peristiwa Kudatuli menjadi refleksi pembelajaran penting bahwa kehendak rakyat tidak dapat dihentikan oleh kekuasaan sebesar apapun.
Bagi Sirmadji, peristiwa tersebut mengajarkan bagaimana pentingnya melekatkan diri dengan rakyat, mendengarkan keluh kesah mereka, dan berjuang bersama mereka.
“PDI Perjuangan ke depan harus semakin dicintai oleh rakyat, menjadi alat perjuangan bagi rakyat untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi,” tegasnya.
Untuk itu, Sirmadji menekankan pentingnya menjaga hubungan erat antara partai politik dan rakyat. PDI Perjuangan, menurutnya, harus terus menjadi wadah yang memperjuangkan kepentingan rakyat.
“Kehendak rakyat tidak bisa dimatikan oleh kekuasaan. Itulah pelajaran penting dari Kudatuli,” pungkasnya. ***)
Posted: malangupdatenews99.com
Minggu, July 28, 2024
Sumber, WA Kang Sir & pdiperjuanganjatim.com | 27 Juli 2024| dengan judul, “Refleksi Kudatuli, Sirmadji: Bukti Kekuatan Rakyat Tak Bisa Dimatikan”